Ahlussunnah Waljamaah Dan Ciri-Cirinya-
Dari hari ke hari paham dan aliran tak jelas sanad dan dalilnya masuk
ke Indonesia dan Aceh semakin tak terbendung. Kejadian ini tidak hanya
berpengaruh buruk bagi kalangan awan, bahkan kaum intelek atau orang
berpendidikan juga telah terinfintrasi dengan aliran ini. Hal ini
menuntut kita yang peduli dengan akidah dan ibadah untuk cepat-cepat
mengantisipasinya agar paham ini tidak semakin meluas dan menyesatkan
generasi kita.
APA YANG DIMAKSUD DENGAN GOLONGAN AHLUSSUNNAH WAL JAMAAH ?
Syekh Abu al-Fadl Abdusy-Syakur As-Sinuri dalam karyanya “Al-Kawakib
al-Laama’ah fi Tahqiqi al-Musamma bi Ahli as-Sunnah wa al-Jamaah”
menyebutkan definisi Ahlussunnah wal jamaah sebagai kelompok atau
golongan yang senantiasa komitmen mengikuti sunnah Nabi SAW dan thariqah
para sahabatnya dalam hal aqidah, amaliyah fisik (fiqh) dan akhlaq
batin (tasawuf).
Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dalam kitabnya, Al-Ghunyah li Thalibi
Thariq al-Haq juz I hal. 80 mendefinisikan Ahlussunnah wal jamaah
sebagai berikut “Yang dimaksud dengan as-Sunnah adalah apa yang telah
diajarkan oleh Rasulullah SAW (meliputi ucapan, perilaku serta ketetapan
Beliau). Sedangkan yang dimaksud dengan jamaah adalah segala sesuatu
yang telah disepakati oleh para sahabat Nabi SAW pada masa empat
Khulafa’ur-Rasyidin dan telah diberi hidayah Allah “.
Dalam sebuah hadits dinyatakan :
عن أبي هريرة رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : افترقت
اليهود على إحدى وسبعين فرقة ، وتفرقت النصارى الى إثنين وسبعين فرقة
وتفرقت أمتي على ثلاث وسبعين فرقة ، كلها في النار الاّ واحدة قالوا : ومن
هم يا رسول الله ؟ قال : هم الذي على الذي أنا عليه وأصحابي . رواه أبو
داود والترميذي وابن ماجه.
“Dari Abi Hurairah r.a., Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda : Umat
Yahudi terpecah menjadi 71 golongan. Dan umat Nasrani terpecah menjadi
72 golongan. Dan umatku akan terpecah menjadi 73 golongan. Semua masuk
neraka kecuali satu. Berkata para sahabat : “Siapakah mereka wahai
Rasulullah?’’ Rasulullah SAW menjawab : “Mereka adalah yang mengikuti
aku dan para sahabatku.”. HR. Abu Dawud, Turmudzi, dan Ibnu Majah.
Jadi inti teologi (paham) Ahlussunnah wal jama’ah (Aswaja) seperti yang
tertera dalam teks hadits adalah paham keagamaan yang sesuai dengan
sunnah Nabi SAW dan petunjuk para sahabatnya. Dalam hadits lain:
عن عبد الرحمن بن عمرو السلمي أنه سمع العرباض بن سارية قال وعظنا رسول
الله صلى الله عليه وسلم: فعليكم بما عرفتم من سنتي وسنة الخلفاء الراشدين
المهديين. رواه احمد
“Dari ‘Abdurrahman bin ‘Amr as-Sulami, sesungguhnya ia mendengar al-
Irbadl bin Sariyah berkata: Rasulullah SAW menasehati kami: kalian wajib
berpegang teguh pada sunnahku dan perilaku al-khulafa’ar-Rasyidin yang
mendapat petunjuk.’’ HR.Ahmad.
Sejak kapan istilah golongan Ahlussunnah wal jamaah (Aswaja) muncul ?
Paling mudah melacak periode awal kelahiran terminologi (istilah) Aswaja
dimulai dengan lahirnya madzhab (tauhid) Al-Asy’ari dan Al-Maturidi .
Tetapi kelahiran madzhab Aswaja di bidang kalam ini tidak dapat
dipisahkan dengan mata rantai sebelumnya, dimulai dari periode ‘Ali bin
Abi Thalib KW. Sebab dalam sejarah, tercatat para imam Aswaja di bidang
akidah telah ada sejak zaman sahabat Nabi SAW, sebelum munculnya paham
Mu’tazilah. Imam Aswaja pada saat itu diantaranya adalah Ali bin Abi
Thalib KW, karena jasanya menentang penyimpangan khawarij tentang
al-Wa’du wa al-Wa’id dan penyimpangan qadariyah tentang kehendak Allah
SWT dan kemampuan makhluk. Di masa tabi’in juga tercatat ada beberapa
imam Aswaja seperti ‘Umar bin Abdul Aziz dengan karyanya “Risalah
Balighah fi Raddi ‘ala al-Qodariyah”. Para mujtahid fiqh juga turut
menyumbang beberapa karya teologi (tauhid) untuk menentang paham-paham
di luar Aswaja, seperti Abu Hanifah dengan kitabnya “Al-Fiqhu al-Akbar”
dan Imam Syafi’i dengan kitabnya “Fi tashihi an-Nubuwwah wa Raddi ‘ala
al-Barahimah” .
Imam dalam teologi Aswaja sesudah itu diwakili oleh Abu Hasan
Al-Asy’ari, lantaran keberhasilannya menjatuhkan paham Mu’tazilah.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa akidah Aswaja secara subtantif
telah ada sejak masa para sahabat Nabi SAW. Imam Asy`ary dan Imam
Maturidy tidaklah menciptakan satu pemahaman yang baru, tetapi beliau
adalah dua diantara imam-imam yang telah berhasil mengkodofikasi
(menyusun) dan merumuskan ulang doktrin paham akidah Aswaja secara
sistematis yang sesuai dengan pemahaman para ulama terdahulu dan para
sahabat Rasulullah sehingga menjadi pedoman akidah Aswaja. Karena inilah
Ahlussunnah dinisbahkan kepada kedua Ulama besar ini.
Dalam perkembangan sejarah selanjutnya, istilah Aswaja secara resmi
menjadi bagian dari disiplin ilmu keislaman. Dalam hal akidah
pengertiannya adalah Asy’ariyah atau Maturidiyah. Imam Ibnu Hajar
Al-Haytami (909-974 H/-1567 M) berkata “para ulama mengatakan :
ان المراد باهل السنة حيث اطلقوا اتباع أبي الحسن الاشعري و ابي منصور الماتودري
Jika Ahlussunnah wal jamaah disebutkan, maka yang dimaksud adalah
pengikut rumusan yang digagas oleh Imam Abu al-Hasan Al-Asy’ari dan Imam
Abu Manshur al-Maturidi “.
Imam ٍSayyid Muhammad Al Husainy Az Zabidy (1205 H) dalam kitabnya Ittihaf sadat Al Muttaqin juga mengatakan :
اذا اطلق اهل السنة والجماعة فالمراد بهم الاشاعرة والماتوردية
Dalam fiqh adalah madzhab empat, Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hambali.
Dalam tasawuf adalah Imam Al-Ghazali, Abu Yazid al-Busthami, Imam
al-Junaydi dan ulama’-ulama’ lain yang sepaham. Semuanya menjadi
diskursus islam paham Ahlussunnah wal jamaah.
LATAR BELAKANG SEJARAH YANG MENYEBABKAN LAHIRNYA AKIDAH ASY’ARIYAH DAN MATURIDIYAH.
Secara faktual, tidak dapat dipungkiri bahwa awal mula terjadinya
perpecahan masyarakat Islam dimulai dari Khalifah ‘Utsman bin Affan RA
dan hampir melembaga pada periode Ali bin Abi Thalib KW. Perpecahan
tersebut berlanjut pada persoalan akidah. Perbedaan tersebut berlangsung
terus menerus secara pasang surut, terkadang volumenya kecil, terkadang
juga membesar. Pada masa Abbasiyah berkuasa, sebelum periode
al-Mutawakkil, terjadi keresahan yang luar biasa (mihnah) di kalangan
umat Islam, akibat pemaksaan paham akidah Mu’tazilah oleh penguasa.
Dalam situasi kacau dan resah itulah muncul Imam Abu Hasan al-Asy’ari
menawarkan rumusan teologi sesuai dengan nash Qur’an dan hadits yang
telah tersusun rapi. Kemudian oleh para ulama’ disepakati sebagai paham
teologi ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja). Makin lama pengikut paham ini
makin bertambah banyak. Sementara di daerah lain, yakni Samarqand,
Uzbekistan, Imam Abu Manshur al-Maturidi, juga berhasil mengkodofikasi
(menyusun) rumusan teologi yang pararel dengan rumusan Imam al-Asy’ari,
semuanya mempunyai orientasi yang sama, yaitu menjawab
persoalan-persoalan Islam yang sangat meresahkan pada waktu itu. Antara
Asy`ariayh dan Maturidyah hanya terjadi perbedaan pada beberapa masalah
yang tidak begitu mendasar dan tidak menafikan keduanya sebagai golongan
Ahlussunnah.
Ciri-ciri Ahlusunnah Waljamaah.
Sangat penting untuk mengetahui bagaimana ciri-ciri golongan yang
dikatakan Ahlussunnah Waljamaah. Dalam hal ini para ulama telah
menggaris bawahi beberapa ciri-ciri kaum Ahlussunnah wahljamaah, yaitu :
1. Tentang ketuhanan :
- Meyakini bahwa Allah adalah tuhan yang Esa yang berhak disembah dengan segala sifat kesempurnaan-Nya yang tiada sama dengan makhluk.
- Zat Allah tidak dapat dilihat dengan mata kepala dan orang-orang mukmin akan melihat-Nya dalam surga kelak.
- Segala sesuatu yang terjadi merupakan atas kehendak-Nya.
2. Tentang malaikat:
- Malaikat itu ada dan jumlahnya tidak terhingga. Setiap malaikat memiliki tugasnya masing-masing, mereka selalu taat kepada perintah Allah.
- Umat islam hanya diwajibkan mengetahui sepuluh nama malaikat serta tugasnya masing-masing.
- Sehubungan dengan keimanan tentang adanya malaikat, ummat Islam juga diwajibkan meyakini adanya jin, iblis dan syaithan.
3. Tentang kerasulan:
- Meyakini bahwa semua Rasul adalah utusan-Nya yang diberikan mu`jizat kepada mereka sebagi tanda kebenaran mereka.
- Menyakini bahwa Muhammad bin Abdullah adalah penutup segala Nabi dan Rasul yang diutus kepada bangsa arab dan bangsa lainnya, serta kepada manusia dan jin.
- Mencintai seluruh shahabat Rasulullah Saw.
- Meyakini bahwa sahabat yang paling mulia adalah Sayyidina Abu Bakar Shiddiq kemudian Sayydina Umar kemudian Saiyydina Utsman kemudian Saiyydina Ali krw.
- Menghindari membicarakan masalah permusuhan sesama sahabat.
4. Tentang kitab:
- Al quran, Taurat, Injil, Zabur adalah kitab-kitab yang diturunkan kepada kepada Rasul-Rasul-Nya sebagai pedoman bagi ummat.
- Al Quran adalah kalam Allah, bukan makhluk dan bukan sifat bagi makhluk.
- Tentang ayat mutasyabihat, dalam Ahlussunnah ada dua pandangan para ulama:
- Ulama salaf (ulama yang hidup pada masa sebelum 500 tahun hijryah) lebih memilih tafwidh (menyerahkan kepada Allah) setelah Takwil Ijmali (umum/global) yaitu memalingkan lafadh dari arti dhahirnya setelah itu menyerahkan maksud dari kalimat tasybih itu kepada Allah.
- Ulama khalaf (Ulama pada masa setelah 500 Hijriyah) lebih memilih ta`wil yaitu menghamal arti kalimat dengan sebalik arti dhahirnya dengan menyatakan dan menentukan arti yang dimaksudkan dari kalimat tersebut.
5. Tentang kiamat :
- Kiamat pasti terjadi,tiada keraguan sedikit pun.
- Meyakini adanya azab kubur.
- Kebangkitan adalah hal yang pasti.
- Surga adalah satu tempat yang disediakan untuk hamba yang dicintai-Nya.
- Neraka disediakan untuk orang-orang yang ingkar kepada-Nya.
- Meyakini adanya hisab (hari perhitungan amalan).
- Meyakini adanya tempat pemberhentian hamba setelah bangkit dari kubur.
- Meyakini adanya Syafa’at Rasulullah, ulama, syuhada dan orang-orang mukmin lainnya menurut martabat masing-masing.
- Kewajiban ta`at kepada-Nya terhadap hamba-Nya adalah diketahui melalui lisan Rasul-Nya bukan melalui akal.
- Tidak mengkafirkan seorangpun dari ahli kiblat dengan sebab dosa yang mereka lakukan seperti zina, mencuri, minum khamar dll.
- Tidak mengatakan seseorang ahli tauhid dan beriman telah pasti masuk surga atau neraka kecuali orang-orang yang telah mendapat pengakuan dari Rasulullah bahwa ia masuk surga.
- Tidak mengada-ngadakan sesuatu dalam agama kecuali atas izin Allah.
- Tidak menisbahkan kepada Allah sesuatu yang tidak diketahui.
- Meyakini bahwa shadaqah dan doa kepada orang mati bermanfaat dan Allah memberi manfaat kepada mayat dengan shadaqah dan doa tersebut.
- Meyakini adanya karamah orang-orang shaleh
No comments:
Post a Comment
KIRIM PERTANYAAN